Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik.[1] Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.[2] Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.
[sunting]Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.
[sunting]Belajar merawat
Florence Nightingale sewaktu masih muda.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
[sunting]Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.
[sunting]Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
[sunting]Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith,[3] berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarang
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
Perban diganti secara berkala.
Obat diberikan pada waktunya.
Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
Meja kursi dibersihkan.
Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
[sunting]Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ”
[sunting]Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang menyerangnya selama perang Krimea.[5] Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
[sunting]Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen.[6] Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."[7]
[sunting]Meninggal dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.[8][9][1]
[sunting]
rineay
Selasa, 29 November 2011
Jacqueline Kennedy Onassis
Jacqueline Lee Bouvier Kennedy Onassis (lahir di Southampton, New York, Amerika Serikat, 28 Juli 1929 – meninggal 19 Mei 1994 pada umur 64 tahun) adalah istri John F. Kennedy periode 1953-1963 dan dikenal dengan Jacqueline Kennedy atau Jackie Kennedy. Ia menjadi ibu negara Amerika Serikat (First Lady of the United States) pada 1961 hingga suaminya terbunuh dan tewas pada tahun 1963. Periode 1968 hingga meninggalnya pada 1975, ia menikah dengan Aristotle Onassis dan dikenal dengan Jacqueline Onassis, Jackie Onassis, atau secara informalnya Jackie O. Di tahun-tahun berikutnya, ia memiliki karier yang sukses sebagai editor buku.Keluarga dan kehidupan awal
Jacqueline Lee Bouvier lahir di Easthampton Hospital di Southampton, New York. Ia adalah putri dari John Vernou Bouvier III (1891-1957) dan Janet Norton Lee Bouvier (Aunchincloss Morris) (1906-1989)
Adik Jacqueline, Caroline Lee, atau lebih dikenal dengan Lee, di tahun 1933. Ayahnya, yang dipanggil "Black Jack" adalah seorang playboy yang kemudian bercerai dengan Janet ketika Jackie masih muda. "Black Jack" tidak pernah menikah lagi, namun Janet menikah dengan Hugh D. Auchincloss, Jr., penerus perusahaan Standard Oil, dan memiliki dua anak bersama Auchincloss, Janet Jennings dan James Auchincloss. Di tahun-tahun berikutnya, ibu Jacqueline menikah lagi dengan Bingham Morris.
Jacqueline menghabiskan 12 tahun pertamanya di estate kakek-neneknya di East Hampton, di mana ia menjadi mahir berkuda, terutama dengan kuda kesayangannya Danseuse, yang dalam bahasa Prancis berarti "penari perempuan"
Jacqueline suka membaca, melukis, menulis puisi, dan memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya. Hubungannya dengan ibunya dapat terbilang jauh.
[sunting]Sekolah dan Pekerjaan
1935-1942 The Chapin School - New York City- Taman kanak-kanak
1942-1944 Holton Arms School - Bethesda, Maryland- SD dan tahun pertama sekolah menengah.
1947-1949 Vassar College - Poughkeepsie, New York- Tahun pertama dan kedua college.
1944-1947 Miss Porter's School - Farmington, Connecticut- sekolah menengah
1949-1950 University of Grenoble and the Sorbonne- Paris, France - program pertukaran pelajar
1950-1951 George Washington University- Washington, D.C. - tahun keempat college. Lulus dengan gelar B.A. di bidang Literatur Prancis.
1954 Georgetown University- Georgetown, Washington D.C. - kelas Sejarah Amerika.
Ketika Jackie bersekolah di Vassar, ia terpilih sebagai "Debutante of the Year" atau "Debutan tahun ini".
Pada tahun 1951, Jacqueline memperoleh pekerjaan pertamanya sebagai "Inquiring Camera Girl" untuk The Washington Times-Herald. Tugasnya adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan pada orang-orang yang ditemuinya di Washington D.C.. Pertanyaan-pertanyaannya, dan juga respon-respon unik akan tampil bersama foto orang tersebut di koran. Salah satu obyek Jacqueline dalam menjalankan tugas ini adalah seorang senator muda Massachussets, John F. Kennedy.
[sunting]Pernikahan
Pernikahan Jackie dengan John F. Kennedy.
Jacqueline bertunangan dengan John Husted, seorang pengusaha muda, di bulan Desember 1951. Namun pertunangan itu dibatalkan di bulan Maret 1952, setelah ia dinasehati oleh ibunya, Janet.
Jacqueline dan Kennedy berada di tempat yang sama beberapa kali antara tahun 1948 dan 1952. Pertemuan pertama adalah pada pernikahan teman mereka di Long Island, di tahun 1948. Pada bulan Mei 1951 Jackie bertemu dengan Kennedy di suatu makan malam di rumah Charles dan Martha Bartlett, di Washington D.C. Pada musim dingin tahun 1951-52, mereka menghadiri acara besar di Palm Beach, Florida. Setelah pertunangannya dengan Husted dibatalkan, pasangan Bartlett kembali mengadakan jamuan makan malam, dan saat itulah kisah cinta mereka bermula.
Ketika mereka memutuskan untuk bertunangan, keluarga Bouvier tidak menanggapinya dengan antusias. Bibi Jackie, Michelle Bouvier Putnam, tidak senang akan ramainya pemberitaan media akan pertunangan ini, berkata, "Klan Kennedy terbiasa dengan publisitas. Kami tidak begitu. Klan mereka sangat bersatu; klan kami tidak."
Jacqueline Bouvier dan John F. Kennedy menikah pada tanggal 12 September 1953 di Newport, Rhode Island. Gaun pengantin dan pengiring pengantin dibuat oleh Ann Lowe, perancang busana terkenal; dan resepsinya dihadiri sekitar 2.000 orang. Setelah pernikahan, pasangan Kennedy kembali ke Washington D.C. setelah bulan madu. Tak lama setelah pernikahan mereka, Senator Kennedy menderita sakit di punggungnya dari cedera saat perang, dan ia melalui dua operasi. Setelah ia pulih dari operasi, Jacqueline mendorong Kennedy untuk menulis buku, Profiles in Courage, tentang senator Amerika Serikat yang membahayakan karier mereka untuk bertempur untuk hal-hal yang mereka percayai. Buku ini dihadiahi Pulitzer Prize di tahun 1957.
Pada masa-masa awal pernikahan mereka, John dan Jacqueline Kennedy tinggal di Georgetown, Washingon D.C. Jacqueline melewatkan kebanyakan waktu dan uangnya untuk mendekor rumah mereka, dan berbelanja pakaian.
Jacqueline dekat dengan ayah mertuanya, Joseph P. Kennedy. Kennedy tua melihat potensi relasi publik yang terdapat pada Jacqueline sebagai istri politisi. Hubungan Jackie dengan Rose Kennedy lebih jauh. Jackie juga dekat dengan saudara iparnya, Robert Kennedy. Namun ia tidak terlalu menyukai sikap kompetitif yang dimiliki klan Kennedy. Ia lebih tenang dan santai. Jackie lebih menyukai waktu sendirian bersama John dibandingkan dengan John serta keluarga besarnya. Saudara-saudara perempuan Kennedy menamakannya "the deb", dan Jacqueline selalu malas bergabung dengan permainan tradisional keluarga, touch-football.
Bersama John F. Kennedy, Jackie memiliki empat orang anak, namun hanya dua orang yang bertahan hidup cukup lama. Putri pertama mereka meninggal saat dilahirkan, dan biasanya disebut sebagai Arabella Kennedy. Putri kedua mereka, Caroline Bouvier Kennedy, lahir pada tanggal 27 November 1957. Menyusul kemudian John Fitzgerald Kennedy Jr., di tanggal 25 November 1960, namun ia wafat di tahun 1990 karena kecelakaan pesawat terbang. Putra terakhir mereka, Patrick Bouvier Kennedy, wafat dua hari setelah lahir.
[sunting]Istri Kandidat Presiden
Pada bulan Januari 1960, Senator John Kennedy mengumumkan pencalonannya menjadi Presiden Amerika Serikat, dan mulai bekerja sangat intens dan berpergian keliling negara. Jackie berperan aktif dalam kampanya Kennedy, bahkan berbicara pada toko-toko sayuran. Di Appleton, Wisconsin, ia memberikan tanda tangan pada murid-murid sekolah menengah. Kampanyenya di West Virginia sangat berkesan baginya, karena ia tidak pernah melihat kemiskinan separah itu sebelumnya.
Beberapa minggu sebelum suaminya mulai kampanye sebagai Presiden, Jacqueline menyadari bahwa ia hamil, sehingga ia tetap di rumah sesuai anjuran dokter. Dari Georgetown, Jacqueline membantu suaminya dengan menjawab surat-surat, merekam iklan TV, memberikan wawancara dan menulis di kolom majalah mingguan.
Pada pemilihan umum di tanggal 8 November 1960, John F. Kennedy mengalahkan kandidat dari Partai Republik, Richard Nixon, dan menjadi Presiden Amerika Serikat.
[sunting]Ibu Negara
Jackie melahirkan John F. Kennedy, Jr. melewati proses operasi caesar, 2 minggu setelah suaminya terpilih. Tak lama kemudian, Jackie berkeliling di Gedung Putih. Mamie Eisenhower mengantarnya berkeliling di rumah itu. Jackie meninggalian Gedung Putih dan kembali ke rumah, lalu pingsan. Ia masih dalam kondisi kesehatan yang buruk saat suaminya dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-35 pada bulan Januari 1961. Ia adalah salah satu Ibu Negara termuda dalam sejarah Amerika Serikat, hanya setelah Frances Folsom Cleveland.
Ibu Negara adalah gelar yang tidak disukai Jacqueline. Ia mengatakan bahwa nama itu terdengar seperti nama kuda. Ia lebih senang dipanggil sebagai Mrs. Kennedy. Seperti Ibu Negara yang lain, ia amat diperhatikan publik, dengan segala hal dalam hidupnya 'diawasi'. Ketika ditanya sebelum terpilih, apa peran utama seorang Ibu Negara, ia mengatakan "Menurut saya peran terpenting seorang Ibu Negara adalah untuk mengurus Presiden agar ia dapat melayani rakyat dengan lebih baik."
Ia tidak keberatan diwawancara dan difoto, namun ia khawatir akan efek yang ditimbulkan perhatian ini pada anak-anaknya. Jacqueline sangat berusaha untuk melindungi mereka dari media massa, dan memberikan kepada mereka masa anak-anak yang normal. Jackie hanya mengizinkan sedikit pengambilan gambar akan anak-anaknya, dan ketika ia pergi, Presiden mengizinkan fotografer Gedung Putih, Cecil Stoughton, untuk mengambil gambar anak-anaknya.
Mrs. Kennedy melakukan banyak kegiatan sosial yang membawa dirinya dan suaminya menjadi pusat perhatian kultur negara itu. Ia juga mengundang para seniman, penulis, penulis puisi, dan musisi untuk bergabung dengan politisi, diplomat dan juga pejabat. Ia berbicara Bahasa Inggris, Prancis, Spanyol dan Italia dengan lancar. Perhatiannya yang amat dalam pada seni, musik dan budaya menandai babak baru sejarah Amerika. Kemampuan Jackie dalam membawakan acara di Gedung Putih membuat reputasi pesta di Gedung Putih sangat terkenal. COntohnya adalah ketika ia mengadakan jamuan makan di Mount Vernon untuk menghormati Presiden Pakistan Ayub Khan, karena perannya dalam mensuport Amerika Serikat dalam krisis yang sedang dialami. Saat itu, Jackie menyingkirkan meja makan berbentuk U besar, menggantikannya dengan meja bulat yang bertempat duduk delapan. Kemampuannya bersosialisasi amat legendaris, seperti dapat dilihat pada caranya berkomunikasi dengan Charles De Gaulle di Prancis dan Nikita Khrushchev di Vienna. Pertemuan Presiden di Vienna kacau, namun kepuasan Khrushchev akan penyelenggaraan Mrs. Kennedy berimbas pada keputusan-keputusan positif. Ketika Khrushchev diminta untuk menjabat tangan Presiden untuk difoto, pemimpin Komunis itu bekrata, "Saya lebih senang untuk menjabat tangan Jackie terlebih dahulu."
[sunting]Pengaruh Prancis pada Gedung Putih
Karena keturunan nenek moyangnya yang orang Prancis, Jacqueline selalu merasa terikat dengan Prancis, yang diperkuat dengan pendidikannya di sana. Hal inilah yang kemudian memengaruhi banyak aspek dalam hidupnya, seperti menu yang dipilihnya untuk makan-makan malam di Gedung Putih, seleranya berpakaian, dan cintanya pada ballet. Ia memilih perancang interior Prancis, Stephane Boudin untuk mengkonsultasikan perbaikan dan dekorasi Gedung Putih, khususnya pada bagian keluarga. Mrs. Kennedy juga merekrut koki Prancis kelahiran Vietnam untuk menjadi koki Gedung Putih.
[sunting]Perbaikan Gedung Putih
Perbaikan Gedung Putih adalah tugas besar pertama Jacqueline Kennedy. Selama turnya keliling Gedung Putih bersama Mamie Eisenhower, sebelum ia dilantik, ia tidak merasa ruangan-ruangannya tidak tertata baik. Usaha pertamanya adalah membuat bagian keluarga lebih menarik dan cocok untuk kehidupan keluarga, dan menambahkan dapur dan ruangan untuk anak-anaknya. Ia juga mendirikan suatu komite seni untuk melihat dan membiayai proses restorasi itu; ia juga meminta ahli furniture Henry du Pont untuk mengkonsultasikan restorasinya.
Kemampuannya mengatur proyek ini saat itu tidak terlalu terlihat dan dipublikasikan, namun kemudian banyak yang memuji kemampuannya menangani perseteruan antara Parish, du Pont dan Stephane Boudin; ia juga berinisiatif untuk mempublikasikan panduan Gedung Putih yang pertama, yang penjualannya membiayai restorasi itu; ia juga ada di balik keputusan Kongres bahwa interior Gedung Putih akan menjadi properti Institusi Smithsonian, daripada menjadi hak milik mantan presiden; dan ia menulis permintaan pribadi untuk orang-orang yang memiliki barang-barang historis untuk disumbangkan bagi Gedung Putih.
Pada tanggal 14 Februari 1962, Mrs. Kennedy tampil di televisi Amerika dan memandu tur keliling Gedung Putih bersama Charles Collingwood dari CBS. Bekerja bersama Rachel Lamberton Mellon, Mrs. Kennedy mendisain ulang dan menanam kembali taman mawar dan taman timur di Gedung Putih, yang kemudian dinamakan Taman Jacqueline Kennedy setelah suaminya ditembak mati. Usaha Jacqueline untuk merestorasi dan memelihara Gedung Putih meninggalkan jejak abadi dalam bentuk Aosiasi Historis Gedung Putih, Komite Pemeliharaan Gedung Putih, yang berasal dari organisasi-organisasi yang dibentuknya.
[sunting]Tur ke Prancis
Sebelum pasangan Kennedy mengunjungi Prancis, siaran spesial televisi Prancis menampilkan Jackie di Gedung Putih. Ketika pasangan Presiden dan Ibu Negara mengunjungi Prancis, Jackie mengambil hati orang-orang Prancis, menarik perhatian Charles de Gaulle dan publik Prancis dengan bahasa Prancisnya yang fasih. Sebagai kesimpulan dari kunjungan itu, majalah Time sangat terpesona dengan Ibu Negara dan berkata, "Ada juga orang yang datang bersama dia." Bahkan Presiden Kennedy bergurau, "Aku adalah pria yang menemani Jacqueline Kennedy ke Paris - dan aku menikmati itu!"
[sunting]Tur ke India dan Pakistan
Setelah permintaan Duta Besar Presiden Kennedy di India John Kenneth Galbraith, Mrs. Kennedy pergi ke India dan Pakistan, bersama saudara perempuannya Lee Radziwill, yang didokumentasikan pada jurnal dan memoar Professor Galbraith.
Di Lahore, Presiden Pakistan Ayub Khan menghadiahi Mrs. Kennedy dengan seekor kuda bernama Sardar, hadiah yang sering salah dialamatkan orang-orang, termasuk berbagai catatan akan masa jabatan Kennedy, sebagai hadiah dari Raja Arab Saudi. Pada saat itu, ia juga mengobrol dengan Ratu Iran Farah Pahlavi.
[sunting]Kematian Bayi
Jacqueline melahirkan bayi prematur, yang oleh dirinya dan John dinamakan Patrick Bouvier Kennedy, dalam operasi caesar pada tanggal 7 Agustus 1963. Karena paru-parunya tidak dapat berkembang, Patrick tidak dapat bernafas. Ia meninggal pada tanggal 9 Agustus 1963. Jacqueline berkata pada Presiden Kennedy, bahwa ada satu hal yang tidak dapat ditanggungnya, dan itu adalah kehilangan dia.
Setelah kematian Patrick, Presiden menyarankan agar ia mengunjungi saudarinya di Eropa untuk bangkit dari kematian Patrick. Ia menghabiskan banyak waktu bersantai di daerah Mediterania pada awal musim gugur. Ia dan saudarinya adalah tamu di yacht Aristotle Onassis, Christina, pada masa ini. Jackie kembali dan tampil di depan publik, di Gedung Putih, pada pertengahan bulan November 1963.
Jacqueline Lee Bouvier lahir di Easthampton Hospital di Southampton, New York. Ia adalah putri dari John Vernou Bouvier III (1891-1957) dan Janet Norton Lee Bouvier (Aunchincloss Morris) (1906-1989)
Adik Jacqueline, Caroline Lee, atau lebih dikenal dengan Lee, di tahun 1933. Ayahnya, yang dipanggil "Black Jack" adalah seorang playboy yang kemudian bercerai dengan Janet ketika Jackie masih muda. "Black Jack" tidak pernah menikah lagi, namun Janet menikah dengan Hugh D. Auchincloss, Jr., penerus perusahaan Standard Oil, dan memiliki dua anak bersama Auchincloss, Janet Jennings dan James Auchincloss. Di tahun-tahun berikutnya, ibu Jacqueline menikah lagi dengan Bingham Morris.
Jacqueline menghabiskan 12 tahun pertamanya di estate kakek-neneknya di East Hampton, di mana ia menjadi mahir berkuda, terutama dengan kuda kesayangannya Danseuse, yang dalam bahasa Prancis berarti "penari perempuan"
Jacqueline suka membaca, melukis, menulis puisi, dan memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya. Hubungannya dengan ibunya dapat terbilang jauh.
[sunting]Sekolah dan Pekerjaan
1935-1942 The Chapin School - New York City- Taman kanak-kanak
1942-1944 Holton Arms School - Bethesda, Maryland- SD dan tahun pertama sekolah menengah.
1947-1949 Vassar College - Poughkeepsie, New York- Tahun pertama dan kedua college.
1944-1947 Miss Porter's School - Farmington, Connecticut- sekolah menengah
1949-1950 University of Grenoble and the Sorbonne- Paris, France - program pertukaran pelajar
1950-1951 George Washington University- Washington, D.C. - tahun keempat college. Lulus dengan gelar B.A. di bidang Literatur Prancis.
1954 Georgetown University- Georgetown, Washington D.C. - kelas Sejarah Amerika.
Ketika Jackie bersekolah di Vassar, ia terpilih sebagai "Debutante of the Year" atau "Debutan tahun ini".
Pada tahun 1951, Jacqueline memperoleh pekerjaan pertamanya sebagai "Inquiring Camera Girl" untuk The Washington Times-Herald. Tugasnya adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan pada orang-orang yang ditemuinya di Washington D.C.. Pertanyaan-pertanyaannya, dan juga respon-respon unik akan tampil bersama foto orang tersebut di koran. Salah satu obyek Jacqueline dalam menjalankan tugas ini adalah seorang senator muda Massachussets, John F. Kennedy.
[sunting]Pernikahan
Pernikahan Jackie dengan John F. Kennedy.
Jacqueline bertunangan dengan John Husted, seorang pengusaha muda, di bulan Desember 1951. Namun pertunangan itu dibatalkan di bulan Maret 1952, setelah ia dinasehati oleh ibunya, Janet.
Jacqueline dan Kennedy berada di tempat yang sama beberapa kali antara tahun 1948 dan 1952. Pertemuan pertama adalah pada pernikahan teman mereka di Long Island, di tahun 1948. Pada bulan Mei 1951 Jackie bertemu dengan Kennedy di suatu makan malam di rumah Charles dan Martha Bartlett, di Washington D.C. Pada musim dingin tahun 1951-52, mereka menghadiri acara besar di Palm Beach, Florida. Setelah pertunangannya dengan Husted dibatalkan, pasangan Bartlett kembali mengadakan jamuan makan malam, dan saat itulah kisah cinta mereka bermula.
Ketika mereka memutuskan untuk bertunangan, keluarga Bouvier tidak menanggapinya dengan antusias. Bibi Jackie, Michelle Bouvier Putnam, tidak senang akan ramainya pemberitaan media akan pertunangan ini, berkata, "Klan Kennedy terbiasa dengan publisitas. Kami tidak begitu. Klan mereka sangat bersatu; klan kami tidak."
Jacqueline Bouvier dan John F. Kennedy menikah pada tanggal 12 September 1953 di Newport, Rhode Island. Gaun pengantin dan pengiring pengantin dibuat oleh Ann Lowe, perancang busana terkenal; dan resepsinya dihadiri sekitar 2.000 orang. Setelah pernikahan, pasangan Kennedy kembali ke Washington D.C. setelah bulan madu. Tak lama setelah pernikahan mereka, Senator Kennedy menderita sakit di punggungnya dari cedera saat perang, dan ia melalui dua operasi. Setelah ia pulih dari operasi, Jacqueline mendorong Kennedy untuk menulis buku, Profiles in Courage, tentang senator Amerika Serikat yang membahayakan karier mereka untuk bertempur untuk hal-hal yang mereka percayai. Buku ini dihadiahi Pulitzer Prize di tahun 1957.
Pada masa-masa awal pernikahan mereka, John dan Jacqueline Kennedy tinggal di Georgetown, Washingon D.C. Jacqueline melewatkan kebanyakan waktu dan uangnya untuk mendekor rumah mereka, dan berbelanja pakaian.
Jacqueline dekat dengan ayah mertuanya, Joseph P. Kennedy. Kennedy tua melihat potensi relasi publik yang terdapat pada Jacqueline sebagai istri politisi. Hubungan Jackie dengan Rose Kennedy lebih jauh. Jackie juga dekat dengan saudara iparnya, Robert Kennedy. Namun ia tidak terlalu menyukai sikap kompetitif yang dimiliki klan Kennedy. Ia lebih tenang dan santai. Jackie lebih menyukai waktu sendirian bersama John dibandingkan dengan John serta keluarga besarnya. Saudara-saudara perempuan Kennedy menamakannya "the deb", dan Jacqueline selalu malas bergabung dengan permainan tradisional keluarga, touch-football.
Bersama John F. Kennedy, Jackie memiliki empat orang anak, namun hanya dua orang yang bertahan hidup cukup lama. Putri pertama mereka meninggal saat dilahirkan, dan biasanya disebut sebagai Arabella Kennedy. Putri kedua mereka, Caroline Bouvier Kennedy, lahir pada tanggal 27 November 1957. Menyusul kemudian John Fitzgerald Kennedy Jr., di tanggal 25 November 1960, namun ia wafat di tahun 1990 karena kecelakaan pesawat terbang. Putra terakhir mereka, Patrick Bouvier Kennedy, wafat dua hari setelah lahir.
[sunting]Istri Kandidat Presiden
Pada bulan Januari 1960, Senator John Kennedy mengumumkan pencalonannya menjadi Presiden Amerika Serikat, dan mulai bekerja sangat intens dan berpergian keliling negara. Jackie berperan aktif dalam kampanya Kennedy, bahkan berbicara pada toko-toko sayuran. Di Appleton, Wisconsin, ia memberikan tanda tangan pada murid-murid sekolah menengah. Kampanyenya di West Virginia sangat berkesan baginya, karena ia tidak pernah melihat kemiskinan separah itu sebelumnya.
Beberapa minggu sebelum suaminya mulai kampanye sebagai Presiden, Jacqueline menyadari bahwa ia hamil, sehingga ia tetap di rumah sesuai anjuran dokter. Dari Georgetown, Jacqueline membantu suaminya dengan menjawab surat-surat, merekam iklan TV, memberikan wawancara dan menulis di kolom majalah mingguan.
Pada pemilihan umum di tanggal 8 November 1960, John F. Kennedy mengalahkan kandidat dari Partai Republik, Richard Nixon, dan menjadi Presiden Amerika Serikat.
[sunting]Ibu Negara
Jackie melahirkan John F. Kennedy, Jr. melewati proses operasi caesar, 2 minggu setelah suaminya terpilih. Tak lama kemudian, Jackie berkeliling di Gedung Putih. Mamie Eisenhower mengantarnya berkeliling di rumah itu. Jackie meninggalian Gedung Putih dan kembali ke rumah, lalu pingsan. Ia masih dalam kondisi kesehatan yang buruk saat suaminya dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-35 pada bulan Januari 1961. Ia adalah salah satu Ibu Negara termuda dalam sejarah Amerika Serikat, hanya setelah Frances Folsom Cleveland.
Ibu Negara adalah gelar yang tidak disukai Jacqueline. Ia mengatakan bahwa nama itu terdengar seperti nama kuda. Ia lebih senang dipanggil sebagai Mrs. Kennedy. Seperti Ibu Negara yang lain, ia amat diperhatikan publik, dengan segala hal dalam hidupnya 'diawasi'. Ketika ditanya sebelum terpilih, apa peran utama seorang Ibu Negara, ia mengatakan "Menurut saya peran terpenting seorang Ibu Negara adalah untuk mengurus Presiden agar ia dapat melayani rakyat dengan lebih baik."
Ia tidak keberatan diwawancara dan difoto, namun ia khawatir akan efek yang ditimbulkan perhatian ini pada anak-anaknya. Jacqueline sangat berusaha untuk melindungi mereka dari media massa, dan memberikan kepada mereka masa anak-anak yang normal. Jackie hanya mengizinkan sedikit pengambilan gambar akan anak-anaknya, dan ketika ia pergi, Presiden mengizinkan fotografer Gedung Putih, Cecil Stoughton, untuk mengambil gambar anak-anaknya.
Mrs. Kennedy melakukan banyak kegiatan sosial yang membawa dirinya dan suaminya menjadi pusat perhatian kultur negara itu. Ia juga mengundang para seniman, penulis, penulis puisi, dan musisi untuk bergabung dengan politisi, diplomat dan juga pejabat. Ia berbicara Bahasa Inggris, Prancis, Spanyol dan Italia dengan lancar. Perhatiannya yang amat dalam pada seni, musik dan budaya menandai babak baru sejarah Amerika. Kemampuan Jackie dalam membawakan acara di Gedung Putih membuat reputasi pesta di Gedung Putih sangat terkenal. COntohnya adalah ketika ia mengadakan jamuan makan di Mount Vernon untuk menghormati Presiden Pakistan Ayub Khan, karena perannya dalam mensuport Amerika Serikat dalam krisis yang sedang dialami. Saat itu, Jackie menyingkirkan meja makan berbentuk U besar, menggantikannya dengan meja bulat yang bertempat duduk delapan. Kemampuannya bersosialisasi amat legendaris, seperti dapat dilihat pada caranya berkomunikasi dengan Charles De Gaulle di Prancis dan Nikita Khrushchev di Vienna. Pertemuan Presiden di Vienna kacau, namun kepuasan Khrushchev akan penyelenggaraan Mrs. Kennedy berimbas pada keputusan-keputusan positif. Ketika Khrushchev diminta untuk menjabat tangan Presiden untuk difoto, pemimpin Komunis itu bekrata, "Saya lebih senang untuk menjabat tangan Jackie terlebih dahulu."
[sunting]Pengaruh Prancis pada Gedung Putih
Karena keturunan nenek moyangnya yang orang Prancis, Jacqueline selalu merasa terikat dengan Prancis, yang diperkuat dengan pendidikannya di sana. Hal inilah yang kemudian memengaruhi banyak aspek dalam hidupnya, seperti menu yang dipilihnya untuk makan-makan malam di Gedung Putih, seleranya berpakaian, dan cintanya pada ballet. Ia memilih perancang interior Prancis, Stephane Boudin untuk mengkonsultasikan perbaikan dan dekorasi Gedung Putih, khususnya pada bagian keluarga. Mrs. Kennedy juga merekrut koki Prancis kelahiran Vietnam untuk menjadi koki Gedung Putih.
[sunting]Perbaikan Gedung Putih
Perbaikan Gedung Putih adalah tugas besar pertama Jacqueline Kennedy. Selama turnya keliling Gedung Putih bersama Mamie Eisenhower, sebelum ia dilantik, ia tidak merasa ruangan-ruangannya tidak tertata baik. Usaha pertamanya adalah membuat bagian keluarga lebih menarik dan cocok untuk kehidupan keluarga, dan menambahkan dapur dan ruangan untuk anak-anaknya. Ia juga mendirikan suatu komite seni untuk melihat dan membiayai proses restorasi itu; ia juga meminta ahli furniture Henry du Pont untuk mengkonsultasikan restorasinya.
Kemampuannya mengatur proyek ini saat itu tidak terlalu terlihat dan dipublikasikan, namun kemudian banyak yang memuji kemampuannya menangani perseteruan antara Parish, du Pont dan Stephane Boudin; ia juga berinisiatif untuk mempublikasikan panduan Gedung Putih yang pertama, yang penjualannya membiayai restorasi itu; ia juga ada di balik keputusan Kongres bahwa interior Gedung Putih akan menjadi properti Institusi Smithsonian, daripada menjadi hak milik mantan presiden; dan ia menulis permintaan pribadi untuk orang-orang yang memiliki barang-barang historis untuk disumbangkan bagi Gedung Putih.
Pada tanggal 14 Februari 1962, Mrs. Kennedy tampil di televisi Amerika dan memandu tur keliling Gedung Putih bersama Charles Collingwood dari CBS. Bekerja bersama Rachel Lamberton Mellon, Mrs. Kennedy mendisain ulang dan menanam kembali taman mawar dan taman timur di Gedung Putih, yang kemudian dinamakan Taman Jacqueline Kennedy setelah suaminya ditembak mati. Usaha Jacqueline untuk merestorasi dan memelihara Gedung Putih meninggalkan jejak abadi dalam bentuk Aosiasi Historis Gedung Putih, Komite Pemeliharaan Gedung Putih, yang berasal dari organisasi-organisasi yang dibentuknya.
[sunting]Tur ke Prancis
Sebelum pasangan Kennedy mengunjungi Prancis, siaran spesial televisi Prancis menampilkan Jackie di Gedung Putih. Ketika pasangan Presiden dan Ibu Negara mengunjungi Prancis, Jackie mengambil hati orang-orang Prancis, menarik perhatian Charles de Gaulle dan publik Prancis dengan bahasa Prancisnya yang fasih. Sebagai kesimpulan dari kunjungan itu, majalah Time sangat terpesona dengan Ibu Negara dan berkata, "Ada juga orang yang datang bersama dia." Bahkan Presiden Kennedy bergurau, "Aku adalah pria yang menemani Jacqueline Kennedy ke Paris - dan aku menikmati itu!"
[sunting]Tur ke India dan Pakistan
Setelah permintaan Duta Besar Presiden Kennedy di India John Kenneth Galbraith, Mrs. Kennedy pergi ke India dan Pakistan, bersama saudara perempuannya Lee Radziwill, yang didokumentasikan pada jurnal dan memoar Professor Galbraith.
Di Lahore, Presiden Pakistan Ayub Khan menghadiahi Mrs. Kennedy dengan seekor kuda bernama Sardar, hadiah yang sering salah dialamatkan orang-orang, termasuk berbagai catatan akan masa jabatan Kennedy, sebagai hadiah dari Raja Arab Saudi. Pada saat itu, ia juga mengobrol dengan Ratu Iran Farah Pahlavi.
[sunting]Kematian Bayi
Jacqueline melahirkan bayi prematur, yang oleh dirinya dan John dinamakan Patrick Bouvier Kennedy, dalam operasi caesar pada tanggal 7 Agustus 1963. Karena paru-parunya tidak dapat berkembang, Patrick tidak dapat bernafas. Ia meninggal pada tanggal 9 Agustus 1963. Jacqueline berkata pada Presiden Kennedy, bahwa ada satu hal yang tidak dapat ditanggungnya, dan itu adalah kehilangan dia.
Setelah kematian Patrick, Presiden menyarankan agar ia mengunjungi saudarinya di Eropa untuk bangkit dari kematian Patrick. Ia menghabiskan banyak waktu bersantai di daerah Mediterania pada awal musim gugur. Ia dan saudarinya adalah tamu di yacht Aristotle Onassis, Christina, pada masa ini. Jackie kembali dan tampil di depan publik, di Gedung Putih, pada pertengahan bulan November 1963.
Abraham Lincoln
Abraham Lincoln adalah salah satu presiden Amerika yang paling terkemuka dalam sejarah. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kabin gelondongan kayu di dekat Hodgenville, kentucky, pada tanggal 12 Februari 1809 dan beliau memulai karirnya benar benar dari bawah.
Karir awal Abraham Lincoln dimulai pada usia 19 tahun sebagai awak kapal yang mengangkut hasil pertanian melalui sungai Ohio dan Mississippi menuju New Orleans.
Pada tahun 1830 Abraham Lincoln bersama dengan ayah, ibu tirinya beserta saudara saudara tirinya pindah ke Decatur, illinois, dimana ia bekerja memilah milah rel untuk digunakan sebagai pagar.
Satu tahun berikutnya (1831) Abraham Lincoln meninggalkan rumahnya dan melakukan berbagai macam pekerjaan mulai dari pekerja kapal hingga pelayan toko untuk bertahan hidup.Karir Abraham Lincoln mulai meningkat di tahu 1834 dimana ia terpilih masuk ke dalam Badan Legislatif Negara bagian illinois. Di tahun 1837 ia juga menjadi pengacara dan terpilih masuk ke dalam Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada tahun 1846.
Pidato Lincoln yang brillian pada debat Lincoln-Douglas telah menjadikan Abraham Lincoln terkenal secara nasional, dan partai Republik yang baru saja terbentuk memilihnya untuk melawan Douglas untuk kursi Senat Amerika Serikat pada tahun 1858. Meski Abraham Lincoln kalah pada tahun 1860 Partai Replublik telah mencalonkan Abraham Lincoln sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat. Sementara itu Partai Demokrat telah terpecah dan mengajukan 2 calon yaitu Douglas dan Jhon Breckinridge.
Tak lama setelah Abraham Lincoln menjabat muncul perang saudara Amerika pada tahun 1861-1865. perang saudara ini timbul karena perbedaan pendapat yang besar antara kedua belah pihak utara dan selatan tentang perbudakan dan hak-hak sipil.
Peperangan ini memicu Abraham Lincoln untuk mengumumkan Emancipation Proclamation pada 1 januari 1863 dan ia mengupayakannya selama 2 tahun lamanya agar Emancipation Proclamation ini menjadi amandemen bagi konstitusi Amerika Serikat.
Perang saudara yang terjadi mencapai puncaknya pada juli 1863 yang dikenang sebagai konfrontasi paling berdarah anta kedua belah pihak di Gettysburg, Pennyslvania. Penghormatan atas peristiwa berdarah di Gettysburg inilah Abraham Lincoln mengirimkan Gettysburg Address yang merupakan pidato Abraham Lincoln terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Dalam pidatonya Abraham Lincoln bersumpah “bahwa bangsa ini, yang ada dibawah tangan Tuhan, akan memperoleh kelahiran kebebasan yang baru; dan bahwa pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat tidak akan pernah binasa dari muka bumi”.
Impian Abraham Lincoln akan sebuah negara yang bersatu akhirnya terwujud. Sayangnya Abraham Lincoln sendiri tidak hidup untuk menikmati buah dari kedamaian yang telah beliau perjuangkan dengan susah payah. Pada tanggal 15 April 1865, saat sedang menyaksikan perrtunjukkan di Ford`s Theater, washington DC, ia dibunuh oleh aktor pengangguran dan simpatisan Konfederasi, Jhon Wilkes Booth (1838-1865).
Sumber : 100 Pria berpengaruh di dalam sejarah dunia by Bill Yenne
Gambar by sonofthesouth.net
Karir awal Abraham Lincoln dimulai pada usia 19 tahun sebagai awak kapal yang mengangkut hasil pertanian melalui sungai Ohio dan Mississippi menuju New Orleans.
Pada tahun 1830 Abraham Lincoln bersama dengan ayah, ibu tirinya beserta saudara saudara tirinya pindah ke Decatur, illinois, dimana ia bekerja memilah milah rel untuk digunakan sebagai pagar.
Satu tahun berikutnya (1831) Abraham Lincoln meninggalkan rumahnya dan melakukan berbagai macam pekerjaan mulai dari pekerja kapal hingga pelayan toko untuk bertahan hidup.Karir Abraham Lincoln mulai meningkat di tahu 1834 dimana ia terpilih masuk ke dalam Badan Legislatif Negara bagian illinois. Di tahun 1837 ia juga menjadi pengacara dan terpilih masuk ke dalam Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada tahun 1846.
Pidato Lincoln yang brillian pada debat Lincoln-Douglas telah menjadikan Abraham Lincoln terkenal secara nasional, dan partai Republik yang baru saja terbentuk memilihnya untuk melawan Douglas untuk kursi Senat Amerika Serikat pada tahun 1858. Meski Abraham Lincoln kalah pada tahun 1860 Partai Replublik telah mencalonkan Abraham Lincoln sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat. Sementara itu Partai Demokrat telah terpecah dan mengajukan 2 calon yaitu Douglas dan Jhon Breckinridge.
Tak lama setelah Abraham Lincoln menjabat muncul perang saudara Amerika pada tahun 1861-1865. perang saudara ini timbul karena perbedaan pendapat yang besar antara kedua belah pihak utara dan selatan tentang perbudakan dan hak-hak sipil.
Peperangan ini memicu Abraham Lincoln untuk mengumumkan Emancipation Proclamation pada 1 januari 1863 dan ia mengupayakannya selama 2 tahun lamanya agar Emancipation Proclamation ini menjadi amandemen bagi konstitusi Amerika Serikat.
Perang saudara yang terjadi mencapai puncaknya pada juli 1863 yang dikenang sebagai konfrontasi paling berdarah anta kedua belah pihak di Gettysburg, Pennyslvania. Penghormatan atas peristiwa berdarah di Gettysburg inilah Abraham Lincoln mengirimkan Gettysburg Address yang merupakan pidato Abraham Lincoln terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Dalam pidatonya Abraham Lincoln bersumpah “bahwa bangsa ini, yang ada dibawah tangan Tuhan, akan memperoleh kelahiran kebebasan yang baru; dan bahwa pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat tidak akan pernah binasa dari muka bumi”.
Impian Abraham Lincoln akan sebuah negara yang bersatu akhirnya terwujud. Sayangnya Abraham Lincoln sendiri tidak hidup untuk menikmati buah dari kedamaian yang telah beliau perjuangkan dengan susah payah. Pada tanggal 15 April 1865, saat sedang menyaksikan perrtunjukkan di Ford`s Theater, washington DC, ia dibunuh oleh aktor pengangguran dan simpatisan Konfederasi, Jhon Wilkes Booth (1838-1865).
Sumber : 100 Pria berpengaruh di dalam sejarah dunia by Bill Yenne
Gambar by sonofthesouth.net
Mark Twain Biography
William Faulkner menjuluki Mark Twain "the first truly American writer", sementara Eugene O'Neill memberinya julukan "the true father of American literature." Charles Darwin menyimpan buku Innocents Abroad di dalam laci meja di samping tempat tidurnya agar mudah dicapai apabila dia ingin menjernihkan pikiran dan bersantai sebelum tidur. Buku Twain yang bertajuk The Gilded Age juga digunakan untuk merujuk satu era dalam sejarah Amerika. Joseph Conrad sering berfikir tentang Life on the Mississippi ketika dia menjadi komandan di Congo. Friedrich Nietzsche mengagumi Tom Sawyer. Lu Xun begitu terpesona dengan Eve's Diary sehingga dia menerjemahkannya ke dalam bahasa China. Ernest Hemingway mendakwa "semua karya sastra moden Amerika berasal dari satu buku Mark Twain yang bertajuk Huckleberry Finn," sementara itu Kenzaburo Oe, yang juga menerima hadiah Nobel, menyebut Huck sebagai buku yang membawa kesan kuat pada kondisinya selama perang Jepang dan memberinya inspirasi untuk menulis novel. Presiden Franklin Delano Roosevelt mengambil frasa "New Deal" dari A Connecticut Yankee in King Arthur's Court, satu buku yang pertama kali mengutarakan konsep perjalanan menembus waktu (selain daripada karya Jules Verne) menurut penulis fiksi ilmiah terkenal, Isaac Asimov. José Martà begitu tersentuh oleh penggambaran Twain mengenai "kekejian mereka yang akan mempergunakan orang lain, mendapat manfaat atas penderitaan orang lain, dan menikmati nasib malang orang lain" dalam Yankee sehingga dia sendiri ingin pergi ke Hartford [Connecticut] dan bersalaman dengan Twain.
Twain disebut sebagai Cervantes-nya Amerika, Homer, Tolstoy, Shakespeare, dan Rabelais. Dari makian hingga humor bersahaja yang memenuhi sketsa komik awal watak-watak Amerika yang menghuni cerita fiksinya, tulisan-tulisan Twain memperkenalkan kepada pembaca di seluruh dunia akan gaya bicara khas orang Amerika. Adventures of Huckleberry Finn adalah karya sastera dengan semangat deklarasi kemerdekaan Amerika, sebuah buku yang tidak mungkin ditulis oleh orang Inggris, sebuah buku yang memperluas konsep demokrasi; apa yang dapat dilakukan dan apa yang dapat dicapai oleh novel modern.
Twain membantu mendefinisikan irama prosa dan bentuk peta moral kita. Ia melihat nilai terbaik dan terburuk kita, janji manis kita dan kegagalan besar kita, kelemahan dan kekurangan tragis kita. Ia memahami dengan lebih baik mimpi dan aspirasi Amerika, potensi untuk menjadi hebat dan potensi untuk melakukan kerusakan. Cerita-cerita fiksinya dengan brilian menerangi dunia masa itu dan dunia yang diwariskan ke kita, mengubahnya – termasuk kita – dalam proses itu. Dia tahu bahwa kaki kita sering menari mengikuti irama yang, entah bagaimana, jauh di luar pendengaran kita; dengan nada yang tepat, ia memperdengarkannya kembali ke kita.
Kepekaannya dalam merasakan kata yang tepat dan tidak membuat sepupunya berpikir bahwa orang-orang akan menaruh perhatian padanya baik secara langsung maupun lewat tulisan. (“Antara kata yang hampir tepat dengan kata yang tepat sangat jauh sekali perbedaannya – semacam perbedaan antara kunang-kunang dan lampu.”)
Tulisan fiksi maupun non fiksi yang unik, hebat, dan asli dari Twain masih tetap relevan dengan tantangan dunia yang dihadapi kini - seperti tantangan negara yang dasari oleh sistem perbudakan; atau teka-teki sikap percaya kita akan teknologi sekalipun kita sadar akan kekuatannya yang merusak; atau masalah imperialisme dan kesulitan-kesulitan menyingkirkan masalah itu. Sungguh sukar untuk mencari isu dunia hari ini yang belum
pernah disentuh oleh Twain dalam karyanya. Keturunan dan lingkungan? Hak-hak hewan? Batasan-batasan gender? Kedudukan suara masyarakat kulit hitam dalam warisan budaya Amerika Syarikat? Twain sudah menyentuhnya. Satiris Dick Gregory pernah berkata bahawa Twain "begitu jauh di depan masanya sehingga ia seharusnya tidak dibicarakan pada hari yang sama dengan orang lain."
Pada awal kariernya, Twain dipuji sebagai humoris berbakat. Tapi sifat humor dalam dirinya itu menyembunyikan kedalaman pemikiran yang ia miliki. ("Ya, kamu benar," Twain menulis kepada seorang teman pada tahun 1902, "Saya seorang moralis dalam penyamaran."). Waktu demi waktu, Twain sentiasa menantang harapan-harapan pembaca, membentuk kisah-kisah yang tak dapat dilupakan dari materi yang sebelum itu bukan bagian dari sastra. Seperti yang William Dean Howells pernah katakan, "Dia berjalan keluar di dunia abjad ... berjalan di atas rumput sesuka hati, walaupun terdapat tanda yang diletakkan sejak awal penulisan sastra, memberi peringatan kepada orang-orang akan bahaya dan hukuman bagi pelanggaran undang-undang walau sekecil apapun."
Dengan perasaan kemanusian, sinis, penuh belas kasih, tidak sabar, lucu, menggemparkan, amatan yang tajam dan kompleks, Twain memberi inspirasi kepada penulis-penulis besar abad 20 - tidak hanya di A.S., tetapi di seluruh dunia. Para penulis kagum dengan seni Twain yang dambil dari percakapan orang biasa - percakapan yang sebelum ini muncul dalam sastra sebagai bahan ejekan. Menurut pengamatan Jorge Luis Borges, melalui karya Huckleberry Finn "untuk pertama kalinya seorang penulis Amerika menggunakan bahasa Amerika yang bersahaja." Twain mengajari para penulis Amerika, dari Arthur Miller hingga David Bradley, Ralph Ellison, Ursula Le Guin, Toni Morrison, dan penulis-penulis lain yang tak terhitung, tentang betapa pentingnya kemahiran menulis fiksi. Beberapa tokoh utama dalam seni visual juga membaca karya-karya Mark Twain sebagai transformatif. Contohnya kartunis Chuck Jones yang memainkan peranan penting dalam pengembangan semacam ikon budaya popular Amerika seperti Road Runner, Wile E. Coyote, dan Bugs Bunny, mendapat ilham awal mencipta watak-watak ini dari membaca karya Mark Twain, Roughing It.
Dilahirkan pada tahun 1835 di desa Florida, Missouri, Sam Clemens (yang menggunakan nama "Mark Twain" pada tahun 1863) menghabiskan zaman kanak-kanaknya di bandar Hannibal, Missouri. Pada tahun 1847, selepas kematian ayahnya, Sam yang berumur 11 tahun ketika itu mengakhiri pendidikan formalnya dan menjadi perantis percetakan di kantor surat kabar lokal, kemudian bekerja di percetakan di St Louis, New York, Philadelphia, Washington dan tempat lain. Dia menghabiskan dua tahun mempelajari sungai dan bagaimana menjadi pengendara kapal boat, tetapi kariernya sebagai di sungai berakhir ketika perang saudara meletus. Setelah menghabiskan dua minggu di unit tentara Missouri yang bersimpati pada pihak Konfederasi, ia pergi ke Nevada bersama adiknya untuk mengadu nasib dalam pertambangan perak Walaupun ia gagal sebagai penggali perak, ia sukses sebagai seorang wartawan. Ia mulai mendapat nama dengan karyanya yang berjudul Jumping Frog ["The Jumping Frog from Calaveras County"] yang diterbitkan pada tahun 1865. Ia memikat Olivia Langdon dari Elmira, New York, dan menerbitkan Innocents Abroad pada tahun 1869, yang mendapat pengakuan di masyarakat. Twain menikah, memulai kehidupan baru dalam keluarga, tinggal di dalam rumah keluarga yang ia bangun di Hartford, Connecticut, dan di sinilah buku-buku yang menjadikannya terkenal sampai sekarang lahir. Masalah ekonomi memaksanya untuk hijrah ke Eropa pada awal 1890-an bersama keluarganya. Pada dekade terakhir, ia lolos dari kebangkrutan dengan perjalanannya ke Afrika dan Asia untuk memberi ceramah. Abad 19 berakhir, dan masuklah abad ke-20, ia mengutuk negaranya - dan beberapa penguasa Eropa - karena imperialisme mereka, dan ia menjadi wakil pimpinan Liga Anti-Imperialis. Anugerah-anugerah kehormatan yang diberikan kepadanya pada tahun-tahun berikutnya - seperti gelar kehormatan dan sambutan ulang tahun - gagal untuk mengisi kekosongan hati selepas kematian isteri dan dua puterinya. Ia meninggal dunia pada tahun 1910.
Pada tahun 1899, London Times memberinya gelar "Duta besar Amerika Serikat." Ia telah melihat dunia lebih luas dari penulis-penulis besar Amerika sebelumnya, dan buku-bukunya diterjemahkan lebih dari 70 bahasa. Kartunis-kartunis menjadikannya sebagai satu ikon terkenal dunia sebagaimana "Uncle Sam." Twain adalah salah seorang warga Amerika pertama yang benar-benar kosmopolitan, seseorang yang menjadikan dunia seperti negara kelahirannya.
Twain disebut sebagai Cervantes-nya Amerika, Homer, Tolstoy, Shakespeare, dan Rabelais. Dari makian hingga humor bersahaja yang memenuhi sketsa komik awal watak-watak Amerika yang menghuni cerita fiksinya, tulisan-tulisan Twain memperkenalkan kepada pembaca di seluruh dunia akan gaya bicara khas orang Amerika. Adventures of Huckleberry Finn adalah karya sastera dengan semangat deklarasi kemerdekaan Amerika, sebuah buku yang tidak mungkin ditulis oleh orang Inggris, sebuah buku yang memperluas konsep demokrasi; apa yang dapat dilakukan dan apa yang dapat dicapai oleh novel modern.
Twain membantu mendefinisikan irama prosa dan bentuk peta moral kita. Ia melihat nilai terbaik dan terburuk kita, janji manis kita dan kegagalan besar kita, kelemahan dan kekurangan tragis kita. Ia memahami dengan lebih baik mimpi dan aspirasi Amerika, potensi untuk menjadi hebat dan potensi untuk melakukan kerusakan. Cerita-cerita fiksinya dengan brilian menerangi dunia masa itu dan dunia yang diwariskan ke kita, mengubahnya – termasuk kita – dalam proses itu. Dia tahu bahwa kaki kita sering menari mengikuti irama yang, entah bagaimana, jauh di luar pendengaran kita; dengan nada yang tepat, ia memperdengarkannya kembali ke kita.
Kepekaannya dalam merasakan kata yang tepat dan tidak membuat sepupunya berpikir bahwa orang-orang akan menaruh perhatian padanya baik secara langsung maupun lewat tulisan. (“Antara kata yang hampir tepat dengan kata yang tepat sangat jauh sekali perbedaannya – semacam perbedaan antara kunang-kunang dan lampu.”)
Tulisan fiksi maupun non fiksi yang unik, hebat, dan asli dari Twain masih tetap relevan dengan tantangan dunia yang dihadapi kini - seperti tantangan negara yang dasari oleh sistem perbudakan; atau teka-teki sikap percaya kita akan teknologi sekalipun kita sadar akan kekuatannya yang merusak; atau masalah imperialisme dan kesulitan-kesulitan menyingkirkan masalah itu. Sungguh sukar untuk mencari isu dunia hari ini yang belum
pernah disentuh oleh Twain dalam karyanya. Keturunan dan lingkungan? Hak-hak hewan? Batasan-batasan gender? Kedudukan suara masyarakat kulit hitam dalam warisan budaya Amerika Syarikat? Twain sudah menyentuhnya. Satiris Dick Gregory pernah berkata bahawa Twain "begitu jauh di depan masanya sehingga ia seharusnya tidak dibicarakan pada hari yang sama dengan orang lain."
Pada awal kariernya, Twain dipuji sebagai humoris berbakat. Tapi sifat humor dalam dirinya itu menyembunyikan kedalaman pemikiran yang ia miliki. ("Ya, kamu benar," Twain menulis kepada seorang teman pada tahun 1902, "Saya seorang moralis dalam penyamaran."). Waktu demi waktu, Twain sentiasa menantang harapan-harapan pembaca, membentuk kisah-kisah yang tak dapat dilupakan dari materi yang sebelum itu bukan bagian dari sastra. Seperti yang William Dean Howells pernah katakan, "Dia berjalan keluar di dunia abjad ... berjalan di atas rumput sesuka hati, walaupun terdapat tanda yang diletakkan sejak awal penulisan sastra, memberi peringatan kepada orang-orang akan bahaya dan hukuman bagi pelanggaran undang-undang walau sekecil apapun."
Dengan perasaan kemanusian, sinis, penuh belas kasih, tidak sabar, lucu, menggemparkan, amatan yang tajam dan kompleks, Twain memberi inspirasi kepada penulis-penulis besar abad 20 - tidak hanya di A.S., tetapi di seluruh dunia. Para penulis kagum dengan seni Twain yang dambil dari percakapan orang biasa - percakapan yang sebelum ini muncul dalam sastra sebagai bahan ejekan. Menurut pengamatan Jorge Luis Borges, melalui karya Huckleberry Finn "untuk pertama kalinya seorang penulis Amerika menggunakan bahasa Amerika yang bersahaja." Twain mengajari para penulis Amerika, dari Arthur Miller hingga David Bradley, Ralph Ellison, Ursula Le Guin, Toni Morrison, dan penulis-penulis lain yang tak terhitung, tentang betapa pentingnya kemahiran menulis fiksi. Beberapa tokoh utama dalam seni visual juga membaca karya-karya Mark Twain sebagai transformatif. Contohnya kartunis Chuck Jones yang memainkan peranan penting dalam pengembangan semacam ikon budaya popular Amerika seperti Road Runner, Wile E. Coyote, dan Bugs Bunny, mendapat ilham awal mencipta watak-watak ini dari membaca karya Mark Twain, Roughing It.
Dilahirkan pada tahun 1835 di desa Florida, Missouri, Sam Clemens (yang menggunakan nama "Mark Twain" pada tahun 1863) menghabiskan zaman kanak-kanaknya di bandar Hannibal, Missouri. Pada tahun 1847, selepas kematian ayahnya, Sam yang berumur 11 tahun ketika itu mengakhiri pendidikan formalnya dan menjadi perantis percetakan di kantor surat kabar lokal, kemudian bekerja di percetakan di St Louis, New York, Philadelphia, Washington dan tempat lain. Dia menghabiskan dua tahun mempelajari sungai dan bagaimana menjadi pengendara kapal boat, tetapi kariernya sebagai di sungai berakhir ketika perang saudara meletus. Setelah menghabiskan dua minggu di unit tentara Missouri yang bersimpati pada pihak Konfederasi, ia pergi ke Nevada bersama adiknya untuk mengadu nasib dalam pertambangan perak Walaupun ia gagal sebagai penggali perak, ia sukses sebagai seorang wartawan. Ia mulai mendapat nama dengan karyanya yang berjudul Jumping Frog ["The Jumping Frog from Calaveras County"] yang diterbitkan pada tahun 1865. Ia memikat Olivia Langdon dari Elmira, New York, dan menerbitkan Innocents Abroad pada tahun 1869, yang mendapat pengakuan di masyarakat. Twain menikah, memulai kehidupan baru dalam keluarga, tinggal di dalam rumah keluarga yang ia bangun di Hartford, Connecticut, dan di sinilah buku-buku yang menjadikannya terkenal sampai sekarang lahir. Masalah ekonomi memaksanya untuk hijrah ke Eropa pada awal 1890-an bersama keluarganya. Pada dekade terakhir, ia lolos dari kebangkrutan dengan perjalanannya ke Afrika dan Asia untuk memberi ceramah. Abad 19 berakhir, dan masuklah abad ke-20, ia mengutuk negaranya - dan beberapa penguasa Eropa - karena imperialisme mereka, dan ia menjadi wakil pimpinan Liga Anti-Imperialis. Anugerah-anugerah kehormatan yang diberikan kepadanya pada tahun-tahun berikutnya - seperti gelar kehormatan dan sambutan ulang tahun - gagal untuk mengisi kekosongan hati selepas kematian isteri dan dua puterinya. Ia meninggal dunia pada tahun 1910.
Pada tahun 1899, London Times memberinya gelar "Duta besar Amerika Serikat." Ia telah melihat dunia lebih luas dari penulis-penulis besar Amerika sebelumnya, dan buku-bukunya diterjemahkan lebih dari 70 bahasa. Kartunis-kartunis menjadikannya sebagai satu ikon terkenal dunia sebagaimana "Uncle Sam." Twain adalah salah seorang warga Amerika pertama yang benar-benar kosmopolitan, seseorang yang menjadikan dunia seperti negara kelahirannya.
Langganan:
Komentar (Atom)